Menulis
bagi guru adalah merupakan suatu tuntutan. Kalimat tersebut tentu
saja berkonotasi tekanan serta sesuatu yang seakan guru tidak senangi tetapi
harus dilakukan. Hal tersebut semestinya tidak perlu terjadi jika guru dapat
menghayati jati dirinya sebagai seorang penulis. Berapa banyak materi yang guru
telah hasilkan lewat tulisan. Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang di dalam “bertumpuk” tulisan yang
menggambarkan proses pembelajaran yang berlangsung. Betapa sering guru menyusun
soal bahkan bank soal. Tak terhitung lagi jumlah catatan-catatan kecil yang ditulis
oleh guru untuk mengoreksi tugas atau pekerjaan siswa. Semuanya itu yang
jelas dan hampir pasti dilakukan guru.
Jika kita lebih memperdalam, maka
dapat diungkap bahwa telah sekian kali guru melakukan proses pembelajaran
dengan berbagai teknik dan metode pembelajaran
yang semuanya dapat dijadikan sebuah tulisan bahkan dapat menjadi laporan penelitian. Penelitian yang dianggap sangat mungkin dan
mudah bagi guru adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara sederhana, PTK adalah penelitian yang
dilaksanakan di dalam kelas oleh guru tanpa harus menyita waktu khusus untuk
meneliti, sehingga penelitian ini dilakukan bersamaan dengan proses
pembelajaran di kelas oleh guru. Inilah salah satu kemudahan PTK jika guru
ingin menyusun sebuah laporan penelitian. Namun, tidak hanya itu, ada beberapa
“rahasia” mengapa PTK diyakini mudah untuk dilakukan oleh seorang guru.
Seorang guru yang akan menyusun
sebuah laporan PTK harus terlebih dahulu menghilangkan anggapan bahwa PTK itu
sulit. Pendapat itu didasari oleh pengetahuan tentang PTK yang diperoleh
melalui bangku kuliah memang terbilang rumit, karena mulai pengajuan judul,
proposal, sampai penyusunan laporan banyak perbaikan-perbaikan yang dilakukan
oleh dosen pembimbing disertai dengan “penderitaan” jika dosen pembimbingnya
termasuk yang “killer”. Bahkan, sebagian dari mereka ada yang gagal dan harus
mengulang karena PTK nya ditolak. Pengalaman itu sebenarnya adalah wajar,
karena masih berstatus mahasiswa yang akan memeroleh gelar sarjana atau master.
PTK yang disusun oleh guru untuk
keperluan kenaikan pangkat atau golongan tentu tidak sesulit itu lagi karena
pengetahuan dan aplikasinya telah kita ketahui, bahkan bisa menjadi mudah
dengan beberapa rahasia agar PTK yang kita susun dapat diterima atau dinilai.
Rahasianya sebagai berikut:
1.
Ide
Ide
harus brillian, artinya kreatif serta menarik. Akan lebih baik jika ide itu
belum pernah disinggung pada penelitian lainnya. Ide penting untuk memberi arah
pada penelitian yang akan disusun. Hampir semua proses pembelajaran yang
dilakukan sebagai penjelmaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta
Indikator, memunyai masalah atau tidak sempurna, sehingga ide yang brillian
tadi akan memilih masalah yang cocok dengan sendirinya. Tapi, tentu saja
masalah dapat pula menentukan ide. Intinya, ide harus jitu. Misalnya, idenya
adalah Heandphone (HP). Pertanyaaannya adalah, pembelajaran apa yang cocok
dengan media HP. Jika di SD contoh
ide adalah Bekas Minuman Teh Gelas.
2.
Judul
Penyusunan
kalimat judul PTK juga harus menarik minat. Judul tentu berkaitan erat dengan
ide, bahkan judul dapat menggambarkan ide yang brillian tadi. Contoh judul
berdasarkan ide di atas sebagai berikut: a. Peningkatan Kemampuan Membuat
Kalimat Aktif Melalui Pemanfaatan Media SMS HP pada Siswa Kelas ….. b.
Peningkatan Kemampuan Menyebutkan Kata-kata Berawalan me Melalui Tulisan pada
Bekas Minuman Teh Gelas pada Siswa Kelas…. Judul di atas akan lebih menarik
jika kita membuat judul PTK yang konvensional, seperti Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa melalui Metode Diskusi di SMP…. Ingat, penilai PTK untuk guru
sangat kurang sedangkan yang akan dinilai sangat banyak, sehingga dibutuhkan
ketertarikan penilai untuk membaca PTK yang telah kita susun.
3.
Latar Belakang
Biasa
disebut latar belakang masalah. Tunjukkan bahwa masalah “kalimat aktif” atau
“kata berawalan me” memang menjadi masalah di kelas yang kita ajar. Meski
diharapkan pembahasan latar belakang dimulai yang luas lalu terperinci di dalam
kelas kita dengan masalah yang detail pula, namun keluasan pembahasan tidak
perlu sampai membahas yang terlalu luas.
4.
Kajian Pustaka
Pada
bagian ini, meski lebih panjang dalam uraiannya, namun sangat mudah
menyusunnya. Semua variabel pada judul usahakan mendapat rujukan yang sesuai.
Pada judul a, rujukan yang harus ada adalah Jenis-jenis kalimat, kalimat aktif,
SMS dan HP, serta KTSP. Pada judul b, rujukan yang harus ada adalah jenis-jenis
kata, kata-kata berawalan, barang bekas, dan anak SD. Saat ini mencari
literatur tidak lagi sulit, selain buku di perpustakaan sekolah
sudah banyak, internet juga menyediakan literatur-literatur yang kapabel,
bahkan e-book dapat ditemukan dengan mudah untuk memperkuat kajian pustaka
penelitian kita.
5.
Siklus
Tak
mengapa jika langsung menentukan 2 siklus dengan setiap siklus 2 kali
pertemuan. Hal ini dengan anggapan, bahwa 1 siklus adalah penelitian seadanya
dan 3 siklus adalah penelitian bertele-tele bahkan dapat mengganggu proses
pembelajaran yang sementara berlangsung. Siklus 1 dan 2, pada dasarnya sama.
Hanya yang perlu ada adalah hasil refleksi siklus 1 harus menampakkan bahwa
belum sempurnah atau belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan
berbagai kendala. Itulah yang menjadi alasan dilakukannya siklus 2. Pada siklus
2 semua kendala di atasi dengan penambahan 1 atau 2 kegiatanbaru yang merupakan penyempurnaan siklus 1.
6.
Hasil dan Pembahasan
Pada
bagian ini, sangat dianjurkan untuk memberikan grafik pencapaian terhadap
kriteria-kriteria penilaian seperti sangat tepat, tepat, kurang tepat, dan
tidak tepat. Pada judul a, penilaiannya antara lain a. Kecepatan penulisan SMS,
b. Kebenaran kalimat yang ditulis, dan c. Kreatifitas kalimat yang tidak
monoton. Maka, grafik yang dibuat ada 3 grafik untuk masing-masing siklus.
Grafik ini akan memberi gambaran nyata terjadinya peningkatan dari siklus I ke
siklus II bahkan dapat ditambah sebelum siklus 1 ada pra tindakan.
7.
Lampiran
Ada
kemungkinan lembaran lampiran lebih banyak daripada isi laporan PTK. Lampiran
identik dengan standar otentifikasi PTK kita. Semua yang berkenaan dengan
penelitian sebisanya dilampirkan. Untuk judul a, yang dilampirkan antara lain:
daftar nama siswa (foto copi absen), lampiran
nilai grafik 6 lembar atau 9 lembar, soal tes tertulis, contoh hasil pekerjaan
siswa, daftar nilai hasil setiap siklus, foto proses pembelajaran dengan
menggunakan HP untuk sms.
Demikian,
ketujuh yang penulis sebut sebagai rahasia. Rahasia karena itulah yang paling
penting untuk dimaksimalkan penulisannya dan ketujuh hal tersebut mudah untuk
mengulasnya secara benar sebagaimana petunjuk singkat di atas. Jika ketujuh hal
tersebut mudah, maka tentu saja hal lainnya dalam PTK akan lebih mudah lagi.
Oleh karena itu, mungkin tak ada alasan lagi jika seorang guru mengatakan sulit
dalam menyusun PTK, kecuali bagi guru yang tidak mau. SEKIAN.
0 komentar:
Posting Komentar