1. SCL (“Student-centred learning)
“Student-centred learning or student-centered
learning is an approach to education focusing on
the needs of the students, rather than those of others involved in the
educational process, such as teachers and administrators” (Wikipedia,
2006). Lea, Stephenson, dan Troy (2003 dalam O’Neill &McMahon, 2005)
mendefinisikan SCL secara lebih luas yaitu bahwa SCL mencakup ketergantungan
terhadap belajar aktif, penekanan terhadap belajar secara mendalam, pemahaman,
meningkatnya tanggungjawab di pihak siswa, meningkatnya perasaan otonomi pada
pembelajar, saling ketergantungan antara guru dan siswa. SCL lebih merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang refleksif baik bagi pihak siswa maupun guru.Dalam
pendekatan SCL, pembelajar memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan
belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatan aktif dan partisipasi siswa.
Hubungan antara siswa yang satu dengan yang lainnya adalah setara, yang
tercermin dalam bentuk kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu
tugas belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendorong
perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Keaktifan
siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk disain belajar yang
memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar siswa yang
telah didapatkan sebelumnya. Contoh pendekatan SCL
2. Active Learning
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran
yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu
sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar
dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a.
Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian
informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran
analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
b.
Siswa tidak hanya mendengarkan pelajaran secara pasif
tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran,
c.
Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap
berkenaan dengan materi pelajaran,
d.
Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,
menganalisa dan melakukan evaluasi,
e.
Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses
pembelajaran.
Contohnya kita bisa lihat pada salah satu teknik
pembelajaran aktif yaitu Exam questions writing :
Untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pelajaran tidak hanya
diperolehdengan memberikan ujian atau tes. Meminta setiap siswa untuk membuat
soal ujianatau tes yang baik dapat meningkatkan kemampuan siswa mencerna materi
pelajaranyang telah diberikan sebelumnya. Pengajar secara langsung bisa
membahas dan memberikomentar atas beberapa soal yang dibuat oleh siswa di depan
kelas dan/ataumemberikan umpan balik kemudian.
3. Constructivism
Pendekatan Constructivisme merupakan pendekatan yang
menekankan pentingnya siswa membangaun sendiri pengetahuan mereka lewat
keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan berfokus pada
pembelajaran secara mendalam dengan pengalaman yang relevan, materi
pembelajaran terintegrasi, dan disusun sendiri oleh siswa.
Contohnya: Guru memberikan data mentah dan
materi-materi yang interaktif, setelah itu mengajukan pertanyaan terbuka dan
memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon, sehingga
siswa terdorong berpikir tingkat tinggi dan terlibat secara aktif dalam dialog
atau diskusi dengan guru dan siswa.
4. Contextual Teaching and Learning
Merupakan suatu pendekatan yang membantu guru
mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warganegara dan tenaga kerja. CTL menekankan
pada berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik,
dan pengumpulan, penganalisisan, pensitesisan informasi dan data dari berbagai sumber
titik pandang.
Contohnya: membantu para siswa dalam belajar bagaimana
memonitor belajar mereka sendiri. CTL ini sesuai dengan ungkapan: Bawalah
mereka dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian hantarkan mereka dari dunia
kita ke dunia mereka kembali.
5. Cooperative Learning
Pendekatan yang bercirikan pada struktur tugas,
struktur tujuan dan penghargaan (reward). Dalam penerapan pembelajaran
kooperatif ini dua atau lebih individu bekerjasama, saling berbagi pengetahuan
dan pengalaman untuk mencapai suatu tujuan. Contohnya pada model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), guru mengajukan pertanyaan atau
isu yang berhubungan dengan pelajaran, guru meminta anak didik berpasangan
untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Setelah
itu guru meminta kepada pasangan untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan
tentang apa yang telah didiskusikannya.
6. Creative Learning
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk
menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang
artistik lainnya. Dikarakterkan dengan adanya keaslian dan hal yang baru.
Dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan untuk menciptakan.
Dirancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreatifitas adalah sebagai kemampuan
(berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan
baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang
menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Contohnya: guru kreatif dalam variasi metode mengajar
dan membuat alat peraga, siswa juga diajak dan diberi kesempatan untuk
merancang/membuat sesuatu serta menuliskan ide atau gagasannya.
7. Inquiry dan Discovery
Kata kunci pendekatan inquiry adalah menemukan sendiri, yaitu
pendekatan yang pembelajarannya mengarahkan anak didik untuk menemukan
pengetahuan, ide, dan informasi melalui usaha sendiri dengan menggunakan
langkah-langkah metode ilmiah. Sedangkan pendekatan discovery hampir sama dengan inquiry, tetapi anak
menemukan sendiri dari materi yang telah diberikan kepada mereka sebelumnya.
Contoh: inquiry discovery dengan
pembelajaran terbimbing adalah sebagai berikut (1) guru menentukan tujuan
yang akan dipelajari oleh siswa dan memilih metode yang sesuai dengan kegiatan
penernuan; (2) Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa; (3) Menyiapkan
alat dan bahan secara lengkap; (4) Menentukan dengan cermat apakah siswa akan
bekerja secara individu atau secara berkelompok; (5) Mencoba terlebih dahulu
kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.
8. Problem Solving
Merupakan pendekatan yang mengarahkan atau melatih
anak didik untuk mampu memecahkan masalah dalam bidang ilmu atau bidang studi
yang dipelajari.
Contohnya guru memberikan sebuah masalah yang akan
diselesaikan, lalu siswa diminta untuk memahami masalah terlebih dahulu,
setelah dipahami masalah itu dirumuskan, mengajukan beberapa alternative
pemecahan atau solusi, terakhir siswa memilih solusi yang lebih tepat sehingga
masalah dapat diselesaikan.
9. Problem Based Learning
Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran.
Contohnya: seorang guru meorientasikan anak didik
kepada masalah, setelah itu mengorganisasikan anak didik untuk belajar,
membimbing penyelidikan individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah tersebut.
10. Joyful Learning
Pendekatan joyful learning merupakan
salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang mendukung pengembangan berpikir
kreatif dan menciptaan suasana belajar yang menyenangkan. Contohnya: pendekatan joyful leaning pada materi ekosistem, sebagai
berikut:
a.
Kebermaknaan; Pemahaman akan meningkat bila informasi
baru dengan gagasan dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Khususnya,
istilah dan konsep sering sulit dipahami. Pemahaman tersebut perlu digali
melalui pengalaman siswa itu sendiri.
b.
Penguatan;
terdiri atas pengulangan oleh guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tersebut
dan latihan dapat menanggulangi proses lupa. Dalam pendekatan joyful learning, penguatan merupakan yang
harus diperhatikan.
c.
Umpan balik; kegiatan belajar akan efektif bila siswa
menerima dengan cepat tentang hasil-hasil tugas belajar tersebut. Umpan balik
sederhana, misalnya koreksi jawaban siswa atas pertanyaan guru selama pelajaran
berlangsung, atau koreksi pekerjaan siswa.
11. Life Skills Based Learning
Pendekatan life skill adalah
pendekatan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar
kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna
bagi perkembangan kehidupan peserta didik.
Contohnya: Dalam mata pelajaran Sel, guru menjelaskan
pengertian tentang sel, peserta didik diharapkan mampu memaknai kinerja sel
yang banyak walaupun ukurannya sangat kecil sehingga peserta didik bisa lebih
memaknai hidupnya dengan hal-hal yang baik untuk perkembangannya.
12. IESQ Based Learning
Pendekatan dalam pembelajaran yang menyeimbangkan 3
kecerdasan yaitu Intelektual (I), Emotional (E),
dan Spiritual (S) untuk perkembangan peserta didik.
Contoh Dalam menjelaskan simbiosis dalam ekosistem,
selain guru menjelaskan tentang materi simbiosis, hendaknya guru bisa memicu
emosi dan spiritual peserta didik untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diperolehnya. Pada simbiosis mutualisme contohnya, makhluk hidup tidak bisa
hidup sendiri, sehingga peserta didik bisa menerapakan kerjasama dan saling
menolong antar sesama.
13. Hard and Soft Skills Based Learning
Pendekatan yang menggabungkan antara tampilan,
pengetahuan, fisik (Hard skills) dan keterampilan seseorang dengan
orang lain/ termasuk dengan dirinya (Soft skills).
Atribut soft skills meliputi,
(1) nilai yang dianut, (2) motivasi, (3) perilaku, (4) kebiasaan, (5) karakter.
Contohnya: seorang peserta didik mendapatkan ilmu dari
gurunya tentang pembentukan zigot. Nilai yang bisa diambil disana yaitu
memaknai arti dari perjuangan banyak sperma yang telah berjuang untuk membuahi
ovum tetapi hanya 1 sperma yang berhasil. Dari proses itu saja, kita yang telah
menikmati hidup ini, hendaknya bersyukur karena kita adalah orang yang
terpilih, jadi kenapa kadang kita meragukan kemampuan yang kita miliki? Hal itu
bisa menjadi motivasi untuk
selalu mengasah diri menjadi yang terbaik. Ketika ada motivasi, kita harus
aplikasikan dalam prilaku. Seseorang yang sudah memiliki prilaku yang
baik, dalam kehidupan akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu yang akan menjadi karakter.
·
Hukum kesiapan (The
Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah sesuatu itu akan
menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan
belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika
peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas.
Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa
dilakukan, maka mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi.
Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan S dengan R.
Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan S dengan R.
Langkah-langkah
Pembelajaran Saintifik: (4) MENCOBA
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami
konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun
harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan
alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar
teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan
mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan
menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat
laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar
pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan
tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid
mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat
dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5)
Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi
kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan
guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Langkah-langkah
Pembelajaran Saintifik: (5) JEJARING
Jejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran
Kolaboratif. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif?
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar
sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan
filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai
kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja
rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru
lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu
falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama
jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam
situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara
semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi
aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.
Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik.
Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama
proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran
kolaboratif.
·
Guru dan peserta didik
saling berbagi informasi. Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik
memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan,
pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai
dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran.
Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar
ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
·
Berbagi tugas dan
kewenangan. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan
kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini
memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri, berbagi
strategi dan informasi, menghormati antarsesa, mendoorong tumbuhnya ide-ide
cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan
menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.
·
Guru sebagai
mediator. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai
mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi
baru dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka
mengalami kebutuan dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki
kesungguhan untuk belajar.
·
Kelompok peserta didik
yang heterogen. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh
dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas.
Pada kelas kolaboratif peserta didikdapat menunjukkan kemampuan dan
keterampilan mereka, berbagi informasi,serta mendengar atau membahas sumbangan
informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul
“keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik.
5. Dilihat
dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan
system penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prosedur)yang terpadu.
6. Dilihat
dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik cenderung
mengakibatkan penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran.
F. MANFAAT PEMBELAJARAN TEMATIK
- Dengan
menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan karena
tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan
- Siswa
dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran
lebih berperan sebagai sarana atau alat dari pada tujuan akhir itu
sendiri.
- Pembelajaran
tematik dapat meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa.
- Kemungkinan
pembelajaran yang terpisah-pisah sedikit sekali terjadi, karena siswa
dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih tematik.
- Pembelajran
tematik memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat
mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).
- Dengan
pemanduan pembelajaran antar mata pelajaran diharapkan penguasan matri
pembelajaran akan semakin meningkat.
- Pengalaman
belajar antar mata pelajaran sangat positif untuk membentuk pendekatan
menyeluruh pembelajaran terhadap ilmu pengetahuan
- Motivasi
belajar dapat ditingkatkan dan diperbaiki.
- Pembelajaran
tematik membantu menciptakan struktur kognitif.
- Melalui
pembelajaran tematik terjadi kerjasama yang lebuh meningakatantara para
guru, para siswa, guru-siswa dan siswa-orang/nara sumber lain;belajar
menjadi lebih menyenangkan, belajar dalam situasi lebih nyata dan dalam
konteks yang bermakna.
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN TEMATIK
Cara pengemasan pengalaman belajar
yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar bagi
siswa. Pengalaman belajar yang menunjukan keterkaitan unsure-unsur konseptual
menjadikan pembelajaran lebih efektif.
Perolehan keutuhan belajar,
pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang kehidupan nyata hanya dapat
direfleksikan melalui pembelajaran tematik(terpadu) (William dalam Udin Sa’ud,
2006).
Ditinjau dari cara memadukan konsep,
keterampilan, topic dan unit tematisnya, Forgaty(1991) mengemukakan bahwa ada
sepuluh cara atau modeldalam merencanakan pembelajaran tematik :
1.
Model penggalan ( fragmented ) memisah-misahkan
disiplin ilmu atas mata pelajaran-mata pelajaran, seperti matematika, bahasa
Indonesia, IPA, dan sebagainya.
2.
Model keterhubungan (Connected) dilandasi oleh
anggapan bahwa butir-butir pembelaaajaran dapat dipayungkan pada induk mata
pelajaran tertentu.
3.
Model sarang (Nested) merupakan pemaduan bentuk
penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
4.
Model urutan / rangkaian (Sequenced) merupakan
model pemaduan topic-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel.
5.
Model bagian (Shared) merupakan pemaduan
pembelajaran akibat adanya”overlapping”konsep atau ide pada dua mata pelajaran
atau lebih.
6.
Model jarring laba-laba (Webbed) model ini
bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan
pembelajaran.
7.
Model galur (Thereaded) merupakan model pemaduan
bentuk ketrampilan.
8.
Model ketematikan (Integrated) merupakan
pemaduan sejumlah topic dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinyasama
dalam sebuah topic tertentu.
9.
Model celupan (Immerrsed) model ini dirancang untuk
membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan
pengetahuan dihubungkan dengan pemakaiannya.
10. Model
jaringan (Networked) merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandalkan
kemungkinan, pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan
bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakanstudy lapangandalam situasi,
kondisi maupun konteks yang berbeda-beda.
KESIMPULAN
Model pembelajaran tematik merupakan
pendekatan pembelajaran yang menunjukan kaitan unsure-unsur konseptual baik
didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi peluang bagi terjadinya
pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi
anak.
Pembelajaran tematik sebagai
pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktifitas berpikir dalam
merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topic
maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran
secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan
sejumlah konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema
tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan siswa secara stimulan.
0 komentar:
Posting Komentar